TEGAKLAH DENGAN TEGUH, ISTIQAMAHLAH!
“Alangkah Hebat dan Tingginya Darjat Orang-orang Yang Beriman!”
Alhamdulillah atas segalanya. Sesungguhnya kehidupan kita di dunia ini semuanya adalah ketentuan dari Allah SWT Yang Maha Tahu. Sudah sunnatullah ada siang dan ada malam, ada lelaki dan ada wanita, ada masa senang dan ada masa susah, ada waktu gembira dan ada waktu berduka, ada ketikanya bahagia dan ada ketikanya derita, ada ketawa dan ada airmata, ada orang kaya dan ada orang miskin. Maka demikian jugalah dengan kondisi iman kita… Dalam analogi hari ini, iman bolehlah diumpamakan seperti roller coaster. Sudah sunnatullah sekejap naik dan sekejap turun, malah kadang bertambah dan kadang berkurang sebagaimana dalam sebuah hadith disabdakan bahawa al-iimanu yazid wa yankus. Justeru itu, menilai diri (melakukan muhasabah) hendaklah menjadi rutin harian seorang hamba dalam memikul amanah agama dan melaksanakan kewajiban sebagai Khalifatullah. Atas segalanya, istiqamahlah!
Rasulullah SAW bersabda: “Katakanlah! Aku percaya kepada Allah kemudian istiqamahlah (pegang teguhlah pendirian itu).” Dengan itulah kita hadapi segala persoalan di dalam hidup ini. Dengan itu kita kibarkan panji kita. Kalimat itulah yang terlukis pada jiwa kita, dan dengan pendirian itu kita hidup di tengah-tengah masyarakat. Dengan itu kita jiwai seluruh kebudayaan dalam segala macam seginya, dengan itu pula kita mencari pengetahuan dalam segala macam cabangnya. Itulah pangkalan tempat kita bertolak dan itulah pelabuhan terakhir tempat bahtera itu bersauh.
Prof. Dr. Hamka di dalam bukunya “Pandangan Hidup Muslim” menjelaskan dengan amat menarik tentang makna istiqamah. Beliau menukilkan: “Kita akan mengembara di dalam hidup. Kita akan menempuh lautan dan daratan. Kita akan menempuh bunga kuncup dan bunga kembang. Kita akan menempuh pasang naik dan pasang surut. Kita akan menempuh angin sepoi dan angin puting-beliung. Kita bertemu dengan yang benar dan yang salah, yang elok dan buruk, yang indah dan yang jelek sekalipun. Kita akan pernah merasa puas dan pernah pula merasa kecewa. Kita akan pernah merasa ragu-ragu, akan tetapi terang-benderang pun akan ada dalam jiwa kita, dan ada juga masanya berjumpa gelap dan gelita. Tetapi yakinlah bahawa satu hal tidaklah akan pernah padam, meskipun diakui dia pernah juga litup diselaputi awan, namun hilang sama sekali dia tidak.
Yang satu itu ialah kepercayaan kepada adanya Tuhan!Kepercayaan yang satu itulah yang disuruh pelihara baik-baik, dipegang teguh-teguh, sebab inilah ‘pangkal tempat bertolak’, dan ini pulalah keputusan dari segala hukum.
Kalau di dalam alam besar cakerawala ada matahari yang tidak pernah padam cahayanya, maka di dalam alam kecil iaitu insan pada diri kita, kepercayaan itulah mataharinya. Tetap memelihara dan memegang kepercayaan itu, itulah bernama “istiqamah”.
Maka tegaklah dengan teguh, istiqamahlah, laksana batu karang di hujung pulau, menerima hempasan segala ombak dan gelombang yang menggulung; setiap ombak dan gelombang datang, setiap itu pula ia membawa zat yang akan menambah kukuh dirinya.
Tegaklah dengan teguh, istiqamahlah, laksana sebatang pohon beringin di tengah padang; menerima segala angin sepoi dan angin badai. Kadang-kadang berderak-derik, laksana akan terbang runtuh, terhoyong ke kiri dan ke kanan. Demi angin berhenti dan alam tenang, dia tegak pula kembali dan uratnya bertambah terhunjam ke petala bumi.
Kemudian dibuka pintu seluas-luasnya buat kita berjuang mencari diri di dalam arena hidup. Kepercayaan dan keyakinan itu hendaklah dipelihara baik-baik, diasah dan diasuh; dijadikan ‘tujuan hidup’. Sehingga akhirnya tidak membelok kepada yang lain, dan tidak berbilang, tidak dua dan tidak pula tiga, akan tetapi ‘hanya satu’. Di sini kepercayaan tadi mendapat salurannya yang wajar. Itulah dia ‘tauhid’. Keesaan kepercayaan, atau pemusatan kepercayaan.
Justeru, cubalah pasang dan susun jiwa kembali. Kembali ke dalam istiqamah, nescaya terbukalah kembali hijab. Nescaya hilanglah bayang-bayang dari sesuatu yang tidak ada hakikatnya. Mencari persesuaian istiqamah pada diri dan mustaqim pada jalan, itulah perjuangan hidup kita. Asalkan istiqamah tak pernah lepas, jalan itu pasti bertemu.”
Wallahu a’lam bissawab.
0 comments: